Berapa Penghasilan Blogger di Indonesia?

Saya yakin artikel dengan judul senada sudah banyak yang menulisnya. Tema tentang berapa penghasilan blogger di Indonesia memang menjadi bahasan yang menarik sekaligus sensitif. Menariknya karena banyak yang ingin tahu, tetapi untuk kultur Indonesia tema ini cukup sensitif.

Penghasilan blogger kerap ditanyakan oleh orang luar yang sebetulnya tidak tahu-menahu tentang dunia blogger. Mereka ingin menelisik sebab melihat betapa rajinnya para blogger dalam mengunggah tulisan di blog mereka. Dalam pikiran mereka, apakah ada bayaran dengan melakukan aktivitas semacam itu sebab apa yang dilakukannya jelas membutuhkan biaya.

Hal yang sama juga kerap ditanyakan oleh orang yang akan, ingin, dan sedang berupaya menjadi blogger. Barisan blogger yang baru beberapa bulan saja memiliki blog, biasanya masuk kedalam golongan ini. Blogger yang sudah lama namun tak kunjung mencicipi gurihnya uang dari blog juga sama. Mereka acap bertanya, apakah kedepan penghasilan sebagai blogger bakal menjanjikan atau hanya buang-buang waktu dan modal saja?      

Penghasilan itu Soal Rejeki

Nah, jawaban untuk keduanya tentu bisa dijabarkan dengan penjelasan yang berbeda. Saya biasa menjelaskan kalau menjadi blogger adalah soal hobi. Kalaupun mendapatkan penghasilan dari hobi itu, ya kembali lagi pada rejeki masing-masing.

Yang agak rumit penjelasannya tentu kepada blogger yang baru beberapa bulan saja memiliki blog. Pertanyaan tentang berapa penghasilan ketika blognya sudah dipasangi Adsense, bakal mendapat fee seberapa besar dari sponsored content, dan lain-lain. Semuanya seolah-olah tentang penghasilan.

Orang-orang semacam ini masuk ke dunia blog sepertinya karena membaca banyak penjelasan kalau aktivitas ngeblog berkorelasi positif dengan uang. Ya tidak salah juga. Tetapi sangat tidak tepat.

Teman-teman blogger yang baru memiliki blog itu banyak yang pada akhirnya frustasi karena blognya tidak kunjung mendapat penghasilan. Ia sepertinya sudah melakukan banyak cara agar penghasilan di blognya bisa dianggap layak sebagai penghasilan pada bidang profesi lain. Ya sepertinya sudah melakukan banyak cara. Namun bisa jadi itu cara yang salah.

Dalam beberapa forum yang saya ikuti, mendapat persetujuan dari Adsense merupakan prestasi buat teman-teman blogger yang tadi. Screenshot email dari Google yang memberikan ucapan selamat diunggah dimana-mana. Ya tidak salah juga, tapi kalau mau memonetisasi blog, ucapan selamat itu hanyalah pintu masuk yang bahkan isi rumahnya juga belum terlihat.

Kelak ketika kode Adsense itu diunggah, merekapun bakal terkaget-kaget dengan dasbor Adsense yang biasanya tidak beranjak dari angka $0,01 atau bahkan $0. Dan untuk mencapai withdraw yang mencapai $100 itu harus menunggu hingga bertahun-tahun. Disinilah letak kesabaran blogger pemula itu diuji.

Lantas kapankah bisa mendapatkan penghasilan yang layak dari ngeblog?

Jujur saja, perihal kapan ini saya tidak bisa menjawabnya dengan pasti. Namun kalau baru memulai blog dalam beberapa bulan saja kemudian mengeluhkan blognya tidak mendapatkan penghasilan, sebaiknya berhentilah saja.

Monetisasi blog memang dibutuhkan untuk menunjang operasional blog, seperti membeli kuota internet, menyumbang listrik di rumah, biaya kopi dan cemilan, dan yang jelas upah berpikir untuk membuat artikel. Ya realistis saja, semua membutuhkannya. Apalagi buat blogger yang memakai hosting dan domain berbayar, biayanya sudah harus dikeluarkan di awal.

Menurut beberapa blogger senior seperti PanduanIM, Solusik, MaxManroe, dan lain-lain, ada beberapa hal yang perlu direncanakan agar blog yang dibuat bisa menghasilkan. Dan beberapa poin dibawah ini tentu saja tidak berlaku buat anda yang hanya menjadi pemburu-lomba, hobi menulis semata, atau membuat blog sebagai identitas komunitas dan tidak dimaksudkan untuk monetisasi.

Secara ringkas, ada tiga hal yang menentukan, yakni konten, traffic, dan jenis monetisasi yang dipilih.

Satu fokus konten atau gado-gado?

Fokus terhadap konten tertentu atau sering diistilahkan dengan niche kerap membuat gamang blogger. Saya juga sering gamang sebab keinginan untuk berpindah ke konten wisata, film, hingga politik sering melambai-lambai.

Namun saya menyadari, hal yang paling dekat dengan saya adalah smartphone. Sebab saya membantu mengelola sebuah bisnis penjualan smartphone, aksesoris dan gawai lainnya di Indramayu. Orang-orang pun kerap bertanya perihal digital, misalnya bagaimana membuka blokiran Facebook, membuat akun di marketplace dan lainnya pada saya, meski mereka tahu saya ‘hanya’ lulusan pendidikan bahasa.

Itulah mengapa saya memutuskan untuk membuat konten dan fokus pada niche teknologi. Kondisi itu yang menggiring saya pada akhirnya sedikit menekuni pembaruan informasi tentang gawai di tanah air, media sosial, maupun dunia informasi dan teknologi secara umum.

Nah, layangkan pertanyaan berikut: kondisi apakah yang ‘memaksa’ anda untuk membuat blog? Lalu jawaban itulah yang seharusnya dipakai untuk dasar dalam menentukan fokus niche. Kalau blog yang dibuat terlanjur gado-gado, dikhawatirkan Google kebingungan dalam menentukan tema apa sebetulnya blog anda. Ini akan berpengaruh kedalam traffic blog tersebut.

Kualitas konten juga sangat menentukan. Misalnya terkait dengan seberapa ‘daging’ konten yang anda buat. Lalu seberapa banyak kata yang diproduksi. Kabarnya, Google hanya suka apabila sebuah konten memiliki lebih dari 900 kata dengan isi yang berbobot.

Tergantung Traffic Harian Blog Anda

Untuk melihat traffic secara lebih akurat, ada beberapa cara yang dipakai. Anda bisa memakai Google Analytics, Google Search Console, Histat, Bing Webmaster, maupun Facebook Piksel. Tidak disarankan untuk memakai menu statistik pada dasbor Blogger untuk melihat statistik.

Silakan hubungkan salah satu atau beberapa tool tersebut dengan blog anda. Silakan tunggu beberapa hari untuk melihat grafik yang ditunjukkan atas performa blog anda. Berapakah traffic hariannya setelah diukur dengan salah satu dari tools tersebut? Sudahkah mencapai 1000 pengguna perhari?

Traffic ini merupakan sebuah refleksi untuk mengukur sejauh mana pertanyaan tentang kelayakan penghasilan yang bakal didapat. Kalau blog mendapat traffic masih 100 hingga 200 pengguna, ya jangan berharap lebih.

Untuk meningkatkan traffic, satu-satunya cara yang paling efektif adalah mengunggah konten setiap hari dengan satu titik fokus niche. Apabila melenceng sekali dua kali sih tidak masalah. Hal ini terkait dengan algoritma Google yang akan membaca blog anda.

Algoritma Google akan membaca konten pada blog anda. Misalnya kebanyakan kontennya tentang wisata, maka Google akan merekomendasikan blog anda apabila ada seseorang yang mencari kata kunci tentang wisata di Google Search. Keterlihatan dan jumlah klik yang didapat dari aktivitas ini bisa dilihat di Google Search Console. Atau kalau ingin mengetahui pencarian di Bing, silakan kunjungi Bing Webmaster. Ya ini bahasan tentang SEO.

Pada intinya, seberapa besar traffic yang blog anda dapatkan akan menentukan besaran penghasilan yang akan diperoleh.

Monetisasi yang Kadang Membuat Tidak Nyaman

Ada cukup banyak jenis monetisasi agar blog menghasilkan uang. Yang paling populer tentu saja Adsense. Periklanan dari Google ini cukup banyak dipakai oleh blogger. Soal penghasilan, balik lagi ke seberapa besar traffic yang didapatkan oleh blog. Traffic yang tinggi juga kalau penempatan iklannya tidak bagus, penghasilannya juga tidak akan bagus.

Blogger yang bergiat di komunitas blogger tertentu banyak yang mendapatkan job dari content placement maupun link placement. Khusus untuk link placement, harganya mulai mengalami kerusakan, menurut saya. Sebab ada beberapa situs jasa yang membayar blog dengan tarif bahkan hingga Rp30.000-an per post. Sialnya, banyak juga yang mengambil job tersebut.

Mengapa monetisasi kadang membuat tidak nyaman? Pertama dari sisi tampilan dan loading blog. Tampilan blog pasti terganggu karena iklan banner yang menempel dimana-mana. Apalagi kalau saya memakai iklan otomatis. Adsense menempatkannya sesuka hati asalkan pengiklan senang. Mohon maaf ya buat yang terganggu.

Iklan juga membuat blog jadi sedikit lambat. Sebab ada pemanggilan javascript dari pihak ketiga yang membuat loading jadi berat. Tentu loading blog yang berat membuat pengunjung tidak nyaman.

Hal ini diperparah dengan keberadaan content placement yang kadang disembunyikan sebagus apapun dengan bahasa sehalus apapun tetap terlihat kalau itu sponsored post. Ya pembaca ‘kan sudah pintar dan paham soal begini. Sialnya, konten titipan ini kadang membuat blog jadi gado-gado dan semacam etalase di marketplace. Sekali lagi, mohon maaf kalau blog ini juga membuat tidak nyaman.

Tetapi itulah monetisasi. Pilihan-pilihan yang diambil tentu akan menuai konsekuensi tersendiri.

Berapa Penghasilan Blogger di Indonesia?

Sekarang mari kita berhitung penghasilan yang bisa didapatkan apabila seorang blogger dengan traffic 1000 pengguna perhari. Dari Adsense sendiri, ia bisa mendapatkan hingga $30 perbulan. Kalau rajin membangun jaringan, sebulan pun ia bisa mendapat sponsored post dua hingga tiga kali dengan rata-rata Rp200.000. Kalau ia memilih cuma dua monetisasi saja, mari dihitung.

Adsense $30Rp424.000,00
Sponsor Rp200.000 x 3Rp600.000,00
TOTALRp1.024.000,00

Silakan disimpulkan apakah jumlah sebesar itu sudah bisa disebut layak? Kalau belum tentu masih banyak cara lain yang bisa dilakukan, misalnya menulis di situs lain, menjual produk, atau mengikuti program afiliasi. Dan penting untuk dicatat, jumlah sponsor dan penghasilan Adsense itu bisa saja naik, tapi lebih mungkin lagi bisa turun. Jadi asumsi penghasilan sebesar itu berpotensi besar untuk turun.

Jadi kalau nominal itu belum bisa disebut layak, maka cara yang harus ditempuh adalah meningkatkan kualitas konten, meningkatkan traffic, dan menambah teknik monetisasi. Yang perlu diingat adalah aktivitas ngeblog merupakan proses jangka panjang yang hasilnya tidak bisa dilihat dalam sekejap mata. Ya, mirip-mirip dengan investasi.

3 thoughts on “Berapa Penghasilan Blogger di Indonesia?”

Leave a Comment