Tips Memulai Channel YouTube: Dari Elemen Video Hingga Alat Rekam

Sebetulnya tips untuk memulai channel YouTube pertama kali ini ditujukan bukan untuk siapa-siapa, melainkan saya sendiri. Saya yang mulai menyadari bahwa harga kuota yang semakin murah, fasilitas internet yang semakin banyak, dan koneksi yang juga semakin bertambah kencang, membuat konten video semakin banyak ditonton. Alhasil platform semacam YouTube cukup masif dikunjungi.

Diluar Adsense-nya yang menggiurkan, YouTube menjadi platform berbagi video yang cukup mudah, baik dari segi algoritmanya maupun antar-mukanya. Saya tak perlu pusing memikirkan SEO layaknya di blog ini, dan cara mengatur video di platformnya juga tak perlu mengambil kursus dengan spesifikasi tertentu.

Ya, menjadi YouTuber sukses memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Atta Halilintar, Ria Ricis, Raditya Dika, Arief Muhammad, dan YouTuber lainnya memang pada mulanya adalah orang-orang yang viral. Momentum popularitas itu dilanjutkannya dengan membuat konten-konten yang menarik bagi subscriber-nya. Dan tentu saja tanpa kreativitas dan motivasi yang konsisten, sepertinya mustahil bagi mereka untuk mencapai jutaan subscribers seperti saat ini.

Pada akhirnya banyak juga yang tergiur untuk bisa seperti mereka. Padahal segmentasi mereka dengan orang biasa seperti saya tentu saja berbeda. Kalau mereka masuk televisi, rating acara apapun yang mereka masuki biasanya naik, begitupun ketika masuk channel YouTube. Nah kalau orang biasa, ada value yang mesti dikejar sehingga pengguna YouTube paling tidak merasa terbantu dengan informasi yang disajikan. Dan nilai itu yang seharusnya menjadi motivasi.

Hanya saja dalam membuat channel YouTube pertama kali, motivasi saja tidaklah cukup. Ada beberapa tahapan yang mungkin panjang bagi sebagian orang, tetapi mungkin biasa saja bagi orang lain. Apa saja hal-hal yang diperlukan dalam memulai channel YouTube?

1. Motivasi

Motivasi memang harus menjadi urutan pertama. Rasa-rasanya hampir tidak ada orang yang secara tidak sengaja menjadi YouTuber. Ia pasti memiliki motivasi. Bisa jadi seorang pelajar SMA ingin memiliki prestasi sehingga mudah diterima di universitas, makanya ia termotivasi untuk memiliki 10.000 subscribers di YouTube.

Ada lagi yang motivasinya tergiur dengan nominal uang yang kabarnya cukup besar di platfrom ini. Mulai dari Adsense yang aduhai, sponsored content yang bernilai besar, hingga acara offline yang membuatnya potensial jadi populer dan berlimpah materi. YouTube memang membuka kesempatan untuk itu.

Semua motivasi tak ada yang salah. Yang salah adalah ketika motivasi itu mengubah seseorang yang baik menjadi seseorang yang menghalalkan segala cara.

Tips: Pakailah motivasi yang long-lasting alias awet dan bertahan lama. Menempatkan uang sebagai motivasi tentu sah-sah saja, akan tetapi tidak selamanya bisnis Adsense akan selalu bagus. Membuat video yang bermanfaat; seperti tutorial membuat tempe, cara menanam biji kurma, dan lainnya; merupakan sebuah motivasi dalam membuat video yang bisa awet. Manfaat akan selamanya menjadi manfaat.

2. Ilmu

Saya bersyukur pernah bekerja di televisi ibukota meskipun setahun. Setelahnya saya pulang dan bergiat di dunia jurnalistik lokal, sebelum akhirnya berlabuh di dunia sosial. Kedua pekerjaan lama itu membuat saya masih suka dengan dunia tulis-menulis, fotografi, shooting dan editing video.

Saya pun sedikit mengerti elemen-elemen apa yang mesti ada pada sebuah video. Untuk istilahnya, silakan merujuk pada kamus broadcasting. Sebagai praktisi, yakinlah bahwa mempraktikkannya jauh lebih penting daripada tahu istilah untuk menyebutnya. Tetapi tentu saja tahu istilah seperti opening scene, opening bumper, taping, voice overstock shot dan lainnya tetap penting juga.

Sebelum mengenal elemen dalam pembuatan video, ilmu yang mesti dikuasai adalah cara menggunakan kamera. Ya kamera sih apa saja, bisa kamera smartphone, handycam, mirrorless, maupun DSLR. Tapi cara dan seni menggunakannya tentu terpisah dari bagaimana memilikinya.

Setelah mengetahui dan paham menggunakan kamera, silakan memahami pula bagaimana editing video. Proses editing ini merupakan proses post-production dalam pembuatan video. Artinya jika dirunut ilmunya, maka cara memakai kamera menempati posisi pertama, memahami cara dan seni membuat video di tempat kedua, dan terakhir editing video.

Tips: Saya yakin, sebagian besar orang-orang yang terjun di dunia blogging dan vlogging bukanlah orang yang secara akademis bersekolah atau kuliah di jurusan komunikasi atau broadcasting. Makanya, proses menuntut ilmu mesti terus dilakukan untuk memahami ilmu per-YouTube-an ini. Belilah buku tentang dasar-dasar membuat video atau videografi, bagaimana editing video, dan semacamnya. Kalau sudah beli, ya tinggal dibaca, dipahami, dan dipraktikkan.

3. Alat

Soal praktik, setiap orang mesti memegang alat yang diperlukan. Kalau mau paham videografi, ya mesti terus-menerus praktik dengan kamera sungguhan, bukan hanya membaca teorinya di buku saja. Nah perihal kamera ini merupakan kamera smartphone, handycam, mirrorless, DSLR, itu soal kualitas hasil. Yang penting adalah bagaimana memahami konsep blocking (menempatkan objek di mata lensa) dan mengoperasikan alatnya terlebih dulu.

Kalaupun semua orang tidak memiliki kamera yang bagus, paling tidak pada hari ini hampir semua orang memiliki smartphone dengan fitur video. Artinya pergunakanlah itu terlebih dahulu sebelum melangkah ke kamera yang belum dimiliki. Teruslah belajar menggunakannya alih-alih tidak memulai ketika tidak memiliki kamera yang bagus.

Pada smartphone itupun bisa dipergunakan aplikasi untuk mengedit video secara sederhana. Mengapa aplikasi di smartphone? Ya karena pada smartphone (Android) banyak tersedia aplikasi yang bisa dipergunakan secara gratis, dan kalaupun berbayar biasanya murah. Aplikasi tersebut tidak seperti software komputer yang harga belinya bisa sama dengan harga smartphone flagship.

Apabila sudah memiliki kamera atau handycam, smartphone juga tetap diperlukan sebagai alat rekam cadangan. Ya barangkali suara yang direkam oleh kamera tersebut tidak maksimal. Lebih baik lagi membeli mic lavalier atau mic tembak agar suaranya lebih baik.

Tips: Kalau belum mampu membeli kamera yang bagus, saran saya sih jangan sampai mengambil kredit konsumtif. Sebab ketika kamera itu kurang produktif, maka cicilannya akan mengambil porsi konsumsi harian lainnya yang mungkin lebih penting. Menabunglah jika memang punya niat untuk membeli kamera. Hal yang sama pun bisa dilakukan apabila tidak memiliki komputer yang baik untuk melakukan editing video.

4. Komitmen dan konsistensi

Untuk mencapai bilangan jutaan, tentu harus dimulai dari bilangan satu terlebih dahulu. Untuk menghitung satu hingga jutaan itu membutuhkan waktu dan tenaga. Tenaga ini biasanya mengendur seiring tubuh yang lelah. Ketika lelah menerpa, istirahatlah sambil menguatkan kembali komitmen agar bisa mencapai bilangan jutaan. Proses lelah, istirahat, penguatan komitmen, dan kembali menghitung ini membutuhkan konsistensi agar prosesnya tidak ambruk di tengah jalan.

Nah seperti itulah kira-kira yang dibutuhkan dalam mencapai subsribers yang banyak. Jutaan subscribers tentu selalu dimulai dengan satu subscriber. Asal kita punya komitmen dan konsistensi yang baik dalam mencapainya.

Tips: Komitmen dan konsisten itu ya tipsnya, hehe

Penutup

Itulah menurut saya tips yang diperlukan untuk memulai channel YouTube pertama kali. Tips ini, sekali lagi, sebetulnya bukan untuk siapa-siapa melainkan saya sendiri. Saya yang kerap lupa, tidak termotivasi, gagal untuk berkomitmen, dan konsisten dengan keburukan itu harus selalu diingatkan. Dan pengingat yang baik adalah dengan tulisan. Mudah-mudahan dengan tulisan ini, sayapun termotivasi sehingga channel yang saya miliki bisa berkembang.

Oh, iya buat yang mau mampir dan mau mutual-an di platform YouTube, silakan subsrcibe ya channel saya http://www.youtube.com/c/BangDoel 🙂

Leave a Comment